Pendahuluan
Sastra
Eksil Indonesia adalah karya-karya sastra pengarang Indonesia yang terdampar di
luar negeri dan tidak bisa atau tidak diperbolehkan pulang ke tanah air setelah
peristiwa 30 September 1965, khususnya mereka yang bermukim di Eropa Barat, dan
lebih khusus lagi yang di Belanda.
Situasi
politik yang dimaksud ialah perubahan pemerintahan secara drastis dari
pemerintahan sipil ke pemerintahan di bawah kekuasaan militer. Keadaan ini
terjadi sejak sekitar kuartal pertama tahun 1966, yang diawali dengan apa yang
dinamakan ‘Peristiwa G30S’ tahun 1965. Terhambatnya warga Indonesia tidak bisa
kembali ke tanah air, dan harus hidup dari satu negeri ke negeri lain, oleh
mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menamai orang-orang eksil
Indonesia sebagai ‘orang-orang yang terhalang pulang’ atau ‘orang-orang
klayaban’.
Contoh Karya
Sastra Eksil
Yang
Tertindas Yang Melawan Tirani I & II karya A. Kembara
Cucu Tukang
Perang karya Soeprijadi Tomodihardjo
Di Bawah Langit
Tak Berbintang karya Utuy Tatang Sontani
Simpulan
Sastra eksil adalah karya dari
sastrawan Indonesia yang terdampar di luar negeri dan tidak diperbolehkan untuk
kembali pulang ke Indonesia akibat dari peristiwa G30S tahun 1965. Akibat dari
peristiwa tersebut yang akhirnya membuat para sastrawan eksil Indonesia membuat
karya-karya mereka yang terinspirasi dari pengalaman hidup mereka selama berada
di luar negeri.
Daftar
Pustaka
Wikipedia Ensiklopedia Bebas. “Sastra Eksil Indonesia”.17
Januari 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_eksil_Indonesia
Wikipedia Ensiklopedia Bebas. “A.Kembara”.17 Januari
2017. https://id.wikipedia.org/wiki/A._Kembara
Wikipedia Ensiklopedia Bebas. “Soeprijadi Tomodihardjo”.
17 Januari 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Soeprijadi_Tomodihardjo
Wikipedia Ensiklopedia Bebas. “Utuy Tatang Sontani”. 17
Januari 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Utuy_Tatang_Sontani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar