Selasa, 28 Februari 2017

SASTRA EKSIL INDONESIA


Pendahuluan
Sastra Eksil Indonesia adalah karya-karya sastra pengarang Indonesia yang terdampar di luar negeri dan tidak bisa atau tidak diperbolehkan pulang ke tanah air setelah peristiwa 30 September 1965, khususnya mereka yang bermukim di Eropa Barat, dan lebih khusus lagi yang di Belanda.
Situasi politik yang dimaksud ialah perubahan pemerintahan secara drastis dari pemerintahan sipil ke pemerintahan di bawah kekuasaan militer. Keadaan ini terjadi sejak sekitar kuartal pertama tahun 1966, yang diawali dengan apa yang dinamakan ‘Peristiwa G30S’ tahun 1965. Terhambatnya warga Indonesia tidak bisa kembali ke tanah air, dan harus hidup dari satu negeri ke negeri lain, oleh mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menamai orang-orang eksil Indonesia sebagai ‘orang-orang yang terhalang pulang’ atau ‘orang-orang klayaban’.

Contoh Karya Sastra Eksil
Yang Tertindas Yang Melawan Tirani I & II karya A. Kembara
Cucu Tukang Perang karya Soeprijadi Tomodihardjo
Di Bawah Langit Tak Berbintang karya Utuy Tatang Sontani

Simpulan
Sastra eksil adalah karya dari sastrawan Indonesia yang terdampar di luar negeri dan tidak diperbolehkan untuk kembali pulang ke Indonesia akibat dari peristiwa G30S tahun 1965. Akibat dari peristiwa tersebut yang akhirnya membuat para sastrawan eksil Indonesia membuat karya-karya mereka yang terinspirasi dari pengalaman hidup mereka selama berada di luar negeri.

Daftar Pustaka
Wikipedia Ensiklopedia Bebas. “Sastra Eksil Indonesia”.17 Januari 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_eksil_Indonesia

Wikipedia Ensiklopedia Bebas. “A.Kembara”.17 Januari 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/A._Kembara

Wikipedia Ensiklopedia Bebas. “Soeprijadi Tomodihardjo”. 17 Januari 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Soeprijadi_Tomodihardjo

Wikipedia Ensiklopedia Bebas. “Utuy Tatang Sontani”. 17 Januari 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Utuy_Tatang_Sontani


Senin, 28 April 2014

Sejarah Perkembangan Sastra ~ Gubug Doyong

Sejarah Perkembangan Sastra ~ Gubug Doyong

Perbedaan Naskah dan Teks


Perbedaan Naskah dengan Teks
              Naskah adalah dokumen tertulis yang ditulis dalam buku yang menyimpan ungkapan dan perasaan sebagai hasil budaya masa lampau.
Contohnya: Naskah yang paling tua Tjandara Kanana (dalam bahasa jawa kuno abad ke - 8)
              Teks adalah data yang terdiri dari karakter – karakter yang menyatakan kata – kata atau lambang – lambang untuk berkomunikasi dengan manusia dalam bentuk tulisan.
Contohnya: Pada naskah teks proklamasi yang berarti kami bangsa indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Perbedaan naskah dan prasasti
              Naskah
1.      Naskah pada umumnya berupa  buku atau bahan tulisan tangan.
2.      Naskah pada umumnya panjang, karena membuat cerita lengkap.
3.      Naskah pada umumnya anonim  dan tidak berangka tahun prasasti sering menyebut nama  penulisnya dan ada kalangan memuat angka tahun yang ditulis dengan angka atau sengkalan.
4.      Naskah berjumlah banyak karena disalin.
5.      Naskah yang paling tua Tjandra (dalam bahasa jawa kuno ) berasal kira –kira dari abad- ke 8.
             
              Prasasti
1.      Prasasti berupa tulisan tangan pada batu ( andesit,  berporus,  batu putih ) batu bata,  logam, (emas,  perak , tembaga) gerabah marmer kayu dan lontar.
2.      Prasasti pada umumnya pendek karena memuat soal – soal yang ringkas saja contohnya pemberitahuan resmi mengenai pendirian bangunan suci.
3.      Prasasti sering menyebut nama penulisnya dan ada kalanya memuat angka tahun yang ditulis dengan angka atau singkalan.
4.       Prasasti tidak disalin sehingga jumlahnya relatif tidak banyak, kurang lebih 500 buah.
5.       Prasasti yang paling tua berasal dari abad ke 4 ( prasasti kutai )




Macam-macam variasi teks yang tanpa disengaja oleh penyalin
1.      Tekstologi adalah ilmu yang mempelajari seluk – beluk dalam teks meliputi meneliti penjelmaan dan penurunan teks sebuah karya sastra, penafsiran dan pemahamannya dengan menyelidiki sejarah teks suatu karya.
Prinsip – prinsip tekstologi yaitu :
Ø  Penelitian teks harus didahulukan dari penyuntingannya
Ø  Teks harus diteliti secara keseluruhan
Ø  Edisi teks harus menggambarkan sejarahnya

2.      Kodikologi adalah ilmu kodeks. Kodeks adalah bahan tulisan tangan atau menurut  the new          oxfond dictionary (1928) : Manuscriptvolume , esp of ancient teds  gulungan atau buku tulisan tangan terutama dari teks – teks klasik.
Prinsip – prinsip kodikologi yaitu :
Ø  Kodikologi mempelajari seluk beluk semua aspek naskah ( bahan, umur, tempat, penulisan,   dan perkiraan penulisan )
Ø  Kodikologi adalah ilmu tentang kodeks artinya bahan tulisan tangan terutama dari teks klasik.
Ø  Pada hakikatnya kodeks berbeda dengan naskah kodeks adalah buku yang tersedia untuk umum selalu didahului oleh naskah
3.      Hapiografi adalah penyalin kurang memahami bahasa atau pokok persoalan  naskah yang disalin itu mungkin pula karena tulisan tidak terang karena salah baca atau karena ketidaktelitian sehingga beberapa huruf hilang. Contoh: berdandan perak <> berdandan perak.
4.      Lakuma adalah apakah ada tempat yang korup apakah ada bagian dari teks yang ditinggalkan.
5.      Kolofon adalah penyalinan yang memberi catatan pada akhir teks mengenai bilamana dan dimana teks itu selesai disalin. Contohnya : Perbandingan tahun masehi dengan tahun saka.
6.      Saut du meme au meme adalah penyalinan maju dari perkataan ke perkataan yang sama. Contoh: Sehingga membuat -> sehingga membuat – ( ada ungkapan atau frase yang tertinggal ) – sehingga membuat.
7.      Water mark adalah apabila kolofon tidak ada kertasahan naskah sering memperlihatkan tanda atau lambang pabrik yang membuat kertas itu. Contoh: Penyalinan naskah pada karya ( Baried 1994 : 61 )
8.      Ditografi adalah suatu kata atau bagian kalimat beberapa baris atau satu bait terlampaui atau sebaliknya ditulis dua kali.
9.      Interne evidentie adalah umur naskah hanya dapat dirunut berdasarkan keterangan dari dalam.  Contohnya : Portugis dikalahkan oleh bangsa belanda (1641) berarti bahwa naskah yang memuat peristiwa itu ditulis sesudah tahun 1641.
10.  Externe evidentie adalah keterangan dari luar naskah itu sendiri. Contohnya : Pustaka – pustaka lain yang menyebut umur teks yang bersangkutan ( Baried, 1994 = 60 – 61)





                                                                    Tugas ll
Metode - Metode Kritik Teks
1.      Metode Objektif
Yaitu  meneliti secara sistematis hubungan kekeluargaan naskah-naskah sebuah teks atas dasar perbandingan naskah yang mengandung kekilafan berasama. Dengan metode ini, kita dapat mengetahui  kekerabatan antara satu naskah dengan naskah yang lainnya (silsilah naskah ). Penentuan kekerabatan naskah dapat dilihat dari jumlah perbedaan dan persamaan kesalahan yang terdapat dalam teks naskah. Semakin banyak perbedaan si antara naskah tersebut maka semakin jauh hubungan kekerabatannya,sedangkan apabila persamaannya lebih banyak maka naskah-naskah itu sekerabat bahkan mungkin berasal dari satu sumber.
2.      Metode Intuitif
Yaitu salah satu metode penelitian nng berdasarkan  pengetahuan sendiri, dengan cara mengambil naskah yang di anggap palin tua teks yang di pandang tidak betul  atau tidak jelas di perbaiki berdasarkan naskah lain yang isinya sama jasarkan akal sehat dan pengetahuan dari penelitiannya. Untuk menggunakan metode ini diperlukan pengetahuan luas mengenai kehidupan pada masa naskah itu ditulis. Terutama pengetahuan mengenai, sastra, dan ilmu lain yang mengaruhi kehidupan naskah tersebut.
3.      Metode Stema ( metode Obyektif )
            Metode ini diperkenalkan oleh Lachman dan kawan-kawan pada tahun 1930an
Cara kerja:
Ø  Meneliti secara sistematis hubungan kekerabatan antar naskah atas dasar perbandingan naskah yang kekhilafan bersama.
Ø  Naskah yang memiliki kesalahan yang sama dan berada di tempat yang sama  pula,maka naskah berasal dari satu sumber.
Ø  Atas dasar kekeliruan-kekeliruan bersama dalam naskah kemudian di kelompokan dan di tentukan silsilah naskah.
Ø  Baru kemudian dilakukan kritik teks yang sebenarnya.
4.      Metode gabungan
            Adalah salah satu metode penyuntingan naskah banyak yang menggunakan semua naskah yang di temukan, dengan cara dibanding – bandingkan. kesalahan – kesalahan yang terdapat dalam teks naskah di betulkan dengan cara memilih teks yang paling banyak (mayoritas) atau dengan cara vooting. Dengan metode ini akan di dapatkan sebuah naskah baru (edisi) yang merupakan hasil turunan dari beberapa naskah stelah di adakan pembetulan denagn cara seleksi penggabungan atau mengambil bacaan yang paling banyak (bacaan mayoritas).
-          Metode ini di pakai apabila nilai naskah menurut tafsiran filologi semuanya hampir sama dan kalau pun ada perbedaan hal itu tidak mempengaruhi teks.
-          Dalam metode ini, suntingan naskah atau teks merupakan gabungan bacaan dari semua naskah yang ada.
Cara kerja
Ø  Memilih bacaan mayoritas atas dasar perkiraan bahwa jumlah naskah yang banyak itu merupakan saksi bacaan yang betul
Ø  Jika ada karangan dalam hal bacaan, maka di pakai pertimbangan lain di antaranya :
·         kesesuaiannya dengan norma tata bahasa keutuhan cerita.
·         Jenis sastra – latar belakang
·         Dan faktor – faktor literer lain
5.      Metode landasan
            Menurut Sudardi, Metod Landasan ialah penyuntingan dengan mengambil satu naskahyang dianggap paling baik kualitasnya.naskah yang dianggap paling baik diambil sebagai dasar suntingan, sementara naskah-naskah lainnyahanyan sebagai  penunjang bila ada hal-hal yang meragukan. Selanjutnya menurut Lubis,hal ini diketahui bila diadakan penelitian yang cermat terhadap bahasa, kesastraan, sejarah, dan segala hal tentang teks,sehingga dapat dikatakan bahwa teks satu lebih unggul dibandingkan teks yang lainnya. Karena itu,teks yang dinyatakan memiliki bacaan yang paling baik itu, dijadikan dasar untuk edisi atau penyuntingan naskah.
            Metode ini diterapkan apabila menurut tafsiran ada satu atau segolongan naskah yang unggul kualitasnya dibandingkan dengan naskah-naskah yang diperiksa dari sudut bahasa , kesastraan, sejarah,dan lain sebagainyasehingga dapat dinyatakan sebagai naskah yang mengandung paling banyak bacan yang baik.
6.      Metode Naskah Tunggal
            Metode digunakan apabila terdapat satu-satunya teks yang dapat diteliti. Dalam meneliti naskah tunggal , ada dua cara yang ditempuh, yakni metode diplomatik  dan metode standart.
Ø  Metode edisi diplomatik
            Dalam edisi diplomatik, peneliti menyunting naskah seteliti mungkin. Ini juga berarti teks tidak boleh diubah, seperti ejaan, pungtuasi, atau  pembagian teks.  Edisi diplomatik ini pernah dilakukan oleh Dr. Brandes, seorang ahli bahasa berkebangsaan belanda yang melaukan edisi teks negara kertagama dengan kode naskah cod. Cor 5023. Ia menyalin kembali naskah ini dengan aksara Bali tanpa membuat terjemahan  atau pun komentar di dalam naskah tersebut. Ia menyalin hal tersebut dengan nama yang sama dengan aslinya.  Kemudian prof. Kern, dari Leiden membuat transliterasi dan komentar terhadap naskah Negara kertagama dalam bahasa Belanda.
Cara kerja
·        Membaca naskah dengan seteliti – telitinya
·        Menerbitkan naskah tersebut tanpa mengadakan perubahan – perubahan
·        Edisi diplomatik yang paling sempurna adalah menerbitkan naskah asli den yang gan cara reproduksi fotografis (faksimile)
·        Edisi diplomatik juga bisa di lakukan dengan cara membuat  transliterasi yang setepat- tepatnya
Ø  Metode standar
            Dalam metode edisi standar ini, tugas dari peneliti adalah melihat semua aspek kegiatan untuk mengolah teks untuk pembaca, yaitu membuat  transliterasi, membagi teks dalam bentuk kata – kata menggunakan huruf besar dan pungtuasi, serta membetulkan kesalahan teks. Dengan kata lain,pembaca betul-betul dibantu oleh peneliti untuk mengatasi kesulitan dalam hal pembacaannya. Walaupun peneliti mmbuat beberapa perbaikan, ia harus mempertanggung jawabkannya dengan memasukkannya ke dalam aparat kritik.  Aparat kritik adalah halaman tempat peneliti meuliskan segala perubahan yang dilakukan terhadap naskah yang di telitinya. Jadi, tidak ada perubahan yang dilakukan peneliti terhadap naskah garapannya tersebut yng tidak diperbuganakannya. Naskah negara kertagama yang di edisi oleh Prof. Kern, adalah metode standar. Ia membuat  perbaikan- perbaikan terhadap naskah tersebut, kemudian mempublikasikannya. Pada tahun 1919, Prof. Krom dari Belanda juga melakukan edisi teks  Negara Kertagama dengan cara melampirkan semua catatan pemikirannya untuk pemahaman teks tersebut menjadi lebih baik.
Cara Kerja Edisi Standar :
·        Menerbitkan naskah dengan cara membetulkan kesalahan- kesalahan kecil dan ketidak ajengan yang ada dalam teks, dan ejaan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
·        Dilakukan pengelompokan kata, pembagian kalimat, pungtuasi, dan di berikan komentar mengenai kesalahan – kesalahan teks.
·        Pembetulan yang tepat dilakukan atas dasar pemahaman yang sempurna sebagai hasil perbandingan dengan naskah – naskah sejenis yang sezaman.
·        Semua perubahan yang dilakukan di catat di tempat yang khusus agar dapat di periksa dan di perbandingkan dengan bacaan naskah ehingga kemungkinan  penafsiran lagi oleh pembaca.
·        Semua usaha perbaikan harus disertai pertanggungjawabkan dengan metode rujukan yang tepat. Bandingkan  dengan naskah – naskah sejenis atau sezaman.
inilah teman-temanku......... seru ya? :) semoga, kebersamaan ini, kan terus berlanjut selamanya. :D